Diterima pada tanggal: 20 Januari 2014
Kartu pos pertama dari Tane datang sendirian dan saya temukan sendiri di bawah pintu garasi. Saya sangat jarang menerima kartu pos langsung, biasanya orang rumah yang menerimanya. Intensitas saya bertemu dengan Pak Pos pun berarti juga jarang. Tapi pernah, pertemuan saya dengan Pak Pos di suatu siang sehabis pulang dari kampus. Tapi lagi-lagi bukan kartu pos yang saya terima, Pak Pos hanya membawa beberapa tagihan kartu kredit dan sebuah paket.
***
"Hai Pak Pos!" saya selalu bilang begitu tiap yang saya bukakan ternyata manusia berjaket oranye, berhelm oranye, dan motornya juga oranye.
"Paket mbak. Dengan mbak siapa? Silakan tanda tangan di sini dan nama terang."
"Dengan Oneng, Pak." jawab saya sambil tanda tangan di tanda bukti penerimaan paket.
"Oh kamu to yang namanya Oneng?"
***
Ternyata Pak Pos saya masih muda, berkaca mata, dan rambutnya agak kriwil. Siang itu mengenakan mantel plastik tipis, dan sedikit buru-buru waktu saya ajak ngobrol tentang kartu pos.
Beberapa kiriman kartu pos kemudian, saya tidak pernah bertemu lagi dengan si Pak Pos, kartu-kartu hanya ditinggalkan di bawah pintu garasi. Sesekali ditemukan mbak Tino saat sedang nyapu, atau Runa yang akan pergi main.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar